Status Quo Kaderisasi Menuju Regenerasi

5/14/2018

bolokajiblog- Sajian bakwan sayur sembari menyeruput kopi hitam menjadi teman menulis prosa pada kesempatan kali ini. Tentu ada alasan tersendiri kenapa judul tersebut dikemukakan.
Kaderisasi menurut KBBI berawal dari kata kader dengan arti yaitu orang yang diharapkan akan memegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Dapat disimpulkan kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuah organisasi tersebut. "Saya persiapkan generasi muda Turki untuk menjadi ujung tombak Turki 2023. Suatu hari nanti, anak muda Turki berusia 18-25 tahun akan mengisi parlemen, kementerian, BUMN dan jabatan strategis lainnya". Begitu salah satu petikan optimisme Recep Tayyip Erdogan dalam menyongsong Turki Baru 2023 yang nantinya bertepatan dengan momen 100 tahun berdirinya Republik Turki.
Pesan moral dari cerita diatas bahwa sekelas Presiden Turki saja begitu percaya dan menaruh harapan besar terhadap generasi muda. Kenapa kita disini tidak bisa turut seirama dan senafas dengan visi Beliau yang memuliakan kader-kader muda?. Bukan malah mengkerdilkan eksistensi generasi muda. Padahal idealnya organisasi yang baik itu harus memiliki sistem untuk menjalankan roda kaderisasi/regenerasi secara reguler. Kaderisasi harus dilakukan secara proaktif, bukan reaktif. Kalau ada generasi muda, tentu ada juga generasi tua (senior). Perdebatan dikotomi antara tua dan muda itu tetap menjadi diskursus yang hangat dan renyah sampai hari ini.
Diorganisasi manapun pastinya tidak mau terjebak pada candu kultus individual karena esensi dari berorganisasi sejatinya harus bergerak mengikuti landasan sistem, bukan bergantung kepada sosok orang perorang. "Tidak ada orang yang tidak tergantikan", menurut Jack Welch, mantan CEO General Electric selama 20 tahun lamanya. Lantas sampai kapan generasi tua terus membangun asumsi dangkal bahwa generasi muda saat ini tidak punya kapasitas?. Jika ada yang berasumsi seperti itu, maka jelaslah mereka generasi kolot yang enggan untuk menarik gerbong muda. Ada sebuah kutipan dari Tom Peters yang mengatakan, "Leaders don't create followers, they create more leaders". Generasi tua yang memimpin hari ini seharusnya memberi panggung aksi dan menyerahkan tongkat estafet bagi generasi muda yang dinilai cakap dan mumpuni. Bukan malah terserang penyakit paranoid kronis apabila ada generasi muda yang tumbuh dan jauh lebih baik dalam hal kepemimpinan.
Singkirkan sumbatan regenerasi. Disparitas antara generasi tua dan muda dalam hal kemampuan, pengalaman dll harus dipersempit jurang perbedaannya. Salah satu cara yang efektif dengan melalui pola pendekatan Pembangunan Manusia, dimana muatan soft skills dan hard skills dalam kelas pelatihan diberikan secara simultan untuk melatih kemampuan berfikir kritis positif dalam berbagai hal. Dan pastinya generasi tua juga harus legowo dengan menerima realitas tersebut.
Mengapa perlu regenerasi?. Jawabku, karena setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, hal itu sebuah keniscayaan yang sifatnya alamiah. Bisa jadi karena alasan telah memasuki usia yang beranjak tua, bisa karena adanya ketetapan periodesasi dalam memimpin dan kadang kerap juga karena adanya desakan untuk mundur atau diganti. Bahkan bisa juga karena alasan kematian.
Kapan waktunya karpet merah dibentangkan bagi generasi muda saat ini?. Maka jawab mereka, nanti dulu dan bersabarlah. Juga sayangnya jika bertanya hal diatas maka Anda harus bersiap diri untuk dipinggirkan dan kemudian tidak menjadi apa-apa!.


Ditulis oleh drg. Muhammad Irvan Rizky Matondang
Foto diambil dari http://adymasalembow.blogspot.co.id


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »