bolokajiblog- Sajian bakwan sayur sembari menyeruput
kopi hitam menjadi teman menulis prosa pada kesempatan kali ini. Tentu ada
alasan tersendiri kenapa judul tersebut dikemukakan.
Kaderisasi menurut KBBI berawal dari kata kader dengan arti yaitu orang
yang diharapkan akan memegang peranan penting dalam sebuah organisasi. Dapat
disimpulkan kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru
dalam sebuah organisasi tersebut. "Saya persiapkan generasi muda Turki
untuk menjadi ujung tombak Turki 2023. Suatu hari nanti, anak muda Turki
berusia 18-25 tahun akan mengisi parlemen, kementerian, BUMN dan jabatan
strategis lainnya". Begitu salah satu petikan optimisme Recep Tayyip
Erdogan dalam menyongsong Turki Baru 2023 yang nantinya bertepatan dengan momen
100 tahun berdirinya Republik Turki.
Pesan moral dari cerita diatas bahwa sekelas Presiden Turki saja begitu
percaya dan menaruh harapan besar terhadap generasi muda. Kenapa kita disini
tidak bisa turut seirama dan senafas dengan visi Beliau yang memuliakan
kader-kader muda?. Bukan malah mengkerdilkan eksistensi generasi muda. Padahal
idealnya organisasi yang baik itu harus memiliki sistem untuk menjalankan roda
kaderisasi/regenerasi secara reguler. Kaderisasi harus dilakukan secara
proaktif, bukan reaktif. Kalau ada generasi muda, tentu ada juga generasi tua (senior).
Perdebatan dikotomi antara tua dan muda itu tetap menjadi diskursus yang hangat
dan renyah sampai hari ini.
Diorganisasi manapun pastinya tidak mau terjebak pada candu kultus
individual karena esensi dari berorganisasi sejatinya harus bergerak mengikuti
landasan sistem, bukan bergantung kepada sosok orang perorang. "Tidak ada
orang yang tidak tergantikan", menurut Jack Welch, mantan CEO General
Electric selama 20 tahun lamanya. Lantas sampai kapan generasi tua terus
membangun asumsi dangkal bahwa generasi muda saat ini tidak punya kapasitas?.
Jika ada yang berasumsi seperti itu, maka jelaslah mereka generasi kolot yang
enggan untuk menarik gerbong muda. Ada sebuah kutipan dari Tom Peters yang
mengatakan, "Leaders don't create followers, they create more
leaders". Generasi tua yang memimpin hari ini seharusnya memberi panggung
aksi dan menyerahkan tongkat estafet bagi generasi muda yang dinilai cakap dan
mumpuni. Bukan malah terserang penyakit paranoid kronis apabila ada generasi
muda yang tumbuh dan jauh lebih baik dalam hal kepemimpinan.
Singkirkan sumbatan regenerasi. Disparitas antara generasi tua dan muda
dalam hal kemampuan, pengalaman dll harus dipersempit jurang perbedaannya.
Salah satu cara yang efektif dengan melalui pola pendekatan Pembangunan
Manusia, dimana muatan soft skills dan hard skills dalam kelas pelatihan
diberikan secara simultan untuk melatih kemampuan berfikir kritis positif dalam
berbagai hal. Dan pastinya generasi tua juga harus legowo dengan menerima
realitas tersebut.
Mengapa perlu regenerasi?. Jawabku, karena setiap orang ada masanya dan
setiap masa ada orangnya. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, hal itu
sebuah keniscayaan yang sifatnya alamiah. Bisa jadi karena alasan telah
memasuki usia yang beranjak tua, bisa karena adanya ketetapan periodesasi dalam
memimpin dan kadang kerap juga karena adanya desakan untuk mundur atau diganti.
Bahkan bisa juga karena alasan kematian.
Kapan waktunya karpet merah dibentangkan bagi generasi muda saat ini?. Maka
jawab mereka, nanti dulu dan bersabarlah. Juga sayangnya jika bertanya hal
diatas maka Anda harus bersiap diri untuk dipinggirkan dan kemudian tidak
menjadi apa-apa!.
Ditulis oleh drg.
Muhammad Irvan Rizky Matondang
Foto diambil dari http://adymasalembow.blogspot.co.id
EmoticonEmoticon