bolokajiblog-Istilah generasi milenial memang sedang akrab
terdengar. Istilah tersebut berasal dari kata millennials yang diciptakan oleh
dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa
bukunya. Menurut keterangan dari Wikipedia, generasi Milenial atau sering juga
disebut “Generasi Y” atau “Milenials” adalah kelompok orang yang lahir
setetelah Generasi X, yaitu orang – orang yang lahir pada kisaran tahun 1980
-2000. Jika diperhitungkan berarti Generasi Milenials adalah orang – orang yang
saat ini berumur pada 17 – 37 tahun.
Di era milenial sekarang ini, sangat banyak habit baru yang tumbuh dimasyarakat,
termasuk mahasiswa sebagai bagian yang tidak bisa diparsialkan dari sebuah
sistem sosial. Kebiasaan kebiasaan ini kebanyakan negatif dan cenderung
destruktif, baik dari segi pemikiran maupun tindakan, melembaga dan membudaya
tanpa disadari sehingga masyarakat pada akhirnya terjebak dalam sebuah lingkaran
setan.
Kemajuan pesat
dibidang teknologi punya peran vital dalam pembentukan habit ini. Indonesia adalah "raksasa teknologi digital Asia
yang sedang tertidur". Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta
jiwa adalah pasar yang besar. Pengguna smartphone Indonesia juga bertumbuh
dengan pesat. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018
jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang.
Mahasiswa sebagai generasi milenial, mau tidak mau dituntut harus dapat beradaptasi
dengan kemajuan ini jika ingin menjadi manusia yang tak termakan jaman. Namun
realitanya, hal ini justru menjadi pisau bermata dua, apa outputnya tergantung
bijak tidaknya seorang mahasiswa menyikapinya.
HMI adalah
organisasi perkaderan yang mempunyai tujuan sempurna, yaitu membina kader yang
berkualitas insan cita. Kader adalah tulang punggung organisasi, artinya nasib
suatu organisasi tergantung pada
kadernya. Kader-kader HMI adalah bagian dari tujuan organisasi itu sendiri,
insan yang beriman ilmu amal. Dalam praktik pengaktualisasian usaha-usaha untuk
mencapai tujuan mulia tersebut, kader HMI harus bisa memanfaatkan kemajuan
teknologi masa kini. Contoh paling simpel adalah pada tingkat komisariat. Dalam
pembuatan konsep kegiatan, publikasi, pelaksanaan teknis, sering kali bahkan
selalu membutuhkan smartphone dan internet. Karna hakikatnya teknologi
diciptakan untuk mempermudah. Tetapi, banyak kader-kader HMI sekarang yang justru
terserang dampak negatif era ini.
Candu gadget
dan media sosial, serba instan, lebih suka berbicara di social grup chatadalah ciri-ciri yang sering kita jumpai pada
mahasiswa dewasa ini, tidak terkecuali kader-kader HMI. Menurunnya budaya
literasi, kurangnya perkumpulan perkumpulan disekretariat dan masjid-masjid,
kurangnya skill komunikasi dari kader HMI adalah gejala reduksi kualitas yang
tidak bisa diremehkan. Ini merupakan salah satu sisi mata pisau yang merugikan
dari kemajuan teknologi di era milenial. Habit
ini, secara tidak sadar sudah melekat pada diri mahasiswa, sehingga untuk
lepas dari bad habit ini butuh
proses yang rumit dan memakan banyak waktu.
Hal-hal diatas
menjadi tantangan besar bagi Himpunan Mahasiswa Islam dalam perjalanannya
mencapai tujuan organisasi. Pemikiran dan pemahaman tentang nilai-nilai dasar
perjuangan, azas, fungsi dan peran bisa saja tergerus atau bahkan terlupakan dan
tidak lagi menyinggasana dalam diri seorang kader HMI. Darah hijau hitam sudah
memudar. Jiwa pemberani, pengabdi yang membawa menuju masyarakat adil makmur
yang diridhai Allah SWT sudah tergantikan dengan jiwa jiwa pengecut, penakut
dan antisosial. Ketika seorang kader sampai difase ini, seringkali memutuskan
untuk acuh dan tidak peduli. Pengalihan dari seorang kader gemar membaca
menjadi mahasiswa biasa yang candu sosial media tidak jarang permanently. Disinilah HMI diuji, apakah
himpunan yang sudah berdiri sejak 1947 dan menjadi pelopor organisasi mahasiswa
islam ini bisa survive atau tidak.
Ada banyak
solusi dari problematika diatas, hanya saja dalam pengaplikasiannya dapat
menemui beberapa hambatan. Peningkatan mutu training, follow up yang teratur, forum-forum
diskusi untuk membahas dampak era milenial dan pencegahannya, serta masih
banyak lainnya.
Salah satu senior HMI Kakanda Anies Baswedan pernah
berkata, ”Dengan pendidikan yang baik, kehidupan dimasa depan akan semakin
sejahtera”.“Perubahan sosial yang bergerak dari rekayasa sosial harus dimulai
dengan perubahan cara berfikir..” kata Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya
Rekayasa Sosial, Reformasi, Revolusi atau Manusia Besar? “Mustahil ada perubahan kearah yang benar,
kalau kesalahan berpikir masih menjebak benak kita”, beliau tambahkan.
Fokus kedua
tokoh besar yang namanya sudah tidak asing lagi ditelinga anak HMI ini adalah
pendidikan. Sebelum era milenial, dengan segala candu-candu destruktif
didalamnya mewabahi kader HMI, yang nantinya akan mereduksi kualitas individu dan
organisasi, pendidikan di HMI baik formal ataupun informal harus ditingkatkan.
Sehingga kader HMI mempunyai pemikiran-pemikiran kritis memandang
masalah-masalah era milenial dan sikap yang bijak dalam menyikapinya. Sehingga tujuan
dan cita cita himpunan ini dapat kita capai bersama. YAKUSA!
Ditulis oleh Alif Fitra Ariela, Kabid KPP Demisioner HMI Komisariat FKG USU
EmoticonEmoticon