bolokajiblog- Tanggal 5 Februari bagi sebagian orang yang
pernah dan sedang aktif disalah satu organisasi mahasiswa Islam adalah hari
yang bersejarah. Pada saat itu, tepat 71 tahun silam lahir organisasi besar bernama
Himpunan Mahasiswa Islam atau biasa disebut HMI yang kiprahnya masih ada hingga
saat ini. Oleh karena itu tidak salah jika HMI disebut sebagai salah satu
organisasi mahasiswa tertua di Indonesia jika dilihat dari usianya yang sudah tidak
muda lagi. HMI lahir ditengah pergolakan
mempertahankan kemerdekaan negara Kesatuan Republik Indonesia dan polarisasi
kaum pelajar kearah paham sosialis. Pemprakarsa berdirinya HMI adalah Lafran
Pane, Mahasiswa semester I Fakultas Hukum yang menempuh pendidikan di Sekolah
Tinggi Islam (sekarang menjadi Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta.
Pada saat HMI berdiri, sebenarnya
sudah ada organisasi kemahasiswaan yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta. Namun
PMY didominasi oleh Partai Sosialis yang berpaham Komunis. PMY cenderung
berpihak dan tidak independen dalam memperjuangkan aspirasi Mahasiswa. Oleh
sebab itu Lafran Pane berpikir untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam.
Proses pendirian organisasi HMI bukanlah mudah. Lafran pane menghadapi beberapa
dinamika sehingga organisasi ini tidak langsung berdiri. Pada bulan November 1946
lafran pane sudah mencoba mengumpulkan para Mahasiswa dan menyampaikan niatannya
untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam namun selalu berujung kegagalan.
Suatu ketika Lafran Pane mengadakan rapat mendadak tanpa undangan pada saat mata
kuliah Tafsir yang diajarkan oleh Prof Husein Yahya. Ketika itu hari Rabu
tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan 5 Februari 1947 lafran pane masuk kedalam suatu kelas dan
memimpin rapat sambil mengatakan “Hari ini
adalah pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan
sudah beres. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI,
dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka organisasi ini
bisa berdiri dan berjalan".
Sejak saat itu secara resmi berdirilah organisasi mahasiswa Islam bernama HMI. Mahasiswa
yang hadir pada saat itu selain Lafran Pane adalah Karnoto Zarkasyi, Dahlan Husein, Maisaroh
Hilal, Suwali, Yusdi Ghozali, Mansyur, Siti Zainah, M. Anwar, Hasan
Basri, Marwan, Zulkarnaen, Tayeb Razak, Toha
Mashudi, dan Baidron Hadi.
Sejak awal HMI terbentuk, HMI sudah bersifat
independen dan mempunyai dua tujuan yaitu: 1. Mempertahankan
kemerdekaan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, 2. Menegakkan dan
mengembangkan ajaran agama Islam. Kedua tujuan ini dari waktu
kewaktu,kongres ke konges, berdifusi dalam suatu rumusan menjadi “Terbinanya
insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab
atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” yang tertuang dalam Pasal 4 Anggaran Dasar
HMI. Mengutip dari “tafsir tujuan HMI”
bahwa pada hakikatnya HMI bukanlah organisasi massa dalam pengertian
fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga
pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan
membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan
yang benar dan efektif. Dasar Motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran
Islam. Karena Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission
Islam juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri, yaitu tunduk
kepada fitrah kemanusiaannya. Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah
kehidupan yang menjamin adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang
atau dengan kata lain kesejahteraan materil dan kesejahteraan spirituil.
Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja kemanusiaan)
yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar. Dalam amal kemanusiaan
inilah manusia akan dapatkan kebahagian dan kehidupan yang sebaik-baiknya.
Bentuk kehidupan yang ideal secara sederhana kita rumuskan dengan “kehidupan
yang adil dan makmur”.
Berbicara tentang HMI sangat erat kaitannya dengan Lafran Pane. Lafran
Pane yang menggagas berdirinya HMI menolak untuk disebut sebagai satu-satunya pendiri
HMI. Begitu rendah hatinya sosok beliau hingga tidak mau diakui sebagai satu-satunya
pendiri HMI. Lafran Pane lahir dikota Sipirok pada tanggal 23 April 1923 dalam
catatan resmi yang kerap beliau gunakan. Namun ada banyak hal yang kita tidak
ketahui dari lahirnya Lafran Pane. Sebenarnya
Lafran Pane lahir pada tanggal 5 Februari 1922. Hal ini diungkapkan oleh anak
beliau sebelum jenazah beliau dimakamkan yang wafat pada tanggal 25 januari
1991. Beliau sengaja mengubah tanggal lahirnya supaya tidak menimbulkan
tafsiran buruk terhadap tanggal berdirinya HMI dan tanggal lahir beliau. Lafran pane dikenal sebagai sosok yang keras,
tegas dan bersahaja. Jenjang pendidikannya tidak menentu, beliau sering
berpindah-pindah karena pada saat itu dalam situasi perang. Beliau pernah
menempuh pendidikan di Taman Siswa Medan namun dikeluarkan hingga beliau hidup
dijalanan. Dijalanan beliau harus berusaha keras menjalani hidupnya dari menjual
es lilin, menjual karcis, hingga bermain kartu untuk menyambung hidupnya.
Singkat cerita ditahun 1943 beliau hijrah ke Batavia dan melanjutkan kuliah di
STI Yogyakarta hingga berdirinya HMI.
Kebersehajaan Lafran Pane terlihat ketika beliau menyerahkan jabatannya
sebagai ketua umum HMI yang masih 6 bulan dijabatnya. Beliau tidak mau dianggap
terlalu mendominasi di HMI. Dilain hal pernah beliau mengatakan bahwa honor
yang didapatkannya sebagai Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI terlalu besar. Ketika
ada rapat-rapat keluar kota sebagai DPA, beliau tidak mau menginap di hotel
hotel mewah. Bahkan beliau selalu menggunakan sepeda ketika menjalankan
tugasnya sebagai tenaga pendidik. Ada sebuah kisah lucu pada saat kongres ke 8
di Solo tahun 1966. Lafran Pane dilarang masuk oleh panitia karena tidak ada
identitas dan tanda pengenal. Kejadian serupa
juga dialami Lafran Pane pada Konferensi HMI Cabang Yogyakarta ke-27 tahun 1974,
Lafran Pane dicurigai sebagai mata-mata militer. Hingga akhirnya ada kader HMI
yang mengenalnya dan beliau dipersilahkan masuk. Lafran pane tidak marah
apalagi tersinggung sebagaimana umumnya budaya senioritas dalam berorganisasi. Begitulah
rendah hatinya sosok Lafran Pane. Orang yang merelakan jabatannya demi
kemajuan. Orang yang tidak ingin terlalu menonjol dan tidak haus kekuasaan.
Orang yang tidak gila harta dan selalu hidup dalam kesederhanaan. Demikianlah
seharusnya kader-kader HMI, jangan hanya menjadikannya sebagai Pahlawan Nasional
dalam ucapan namun juga harus mengamalkan sosok teladan dari diri beliau.
Menilik dari usia HMI yang sudah tidak lagi muda, semestinya sudah banyak
lahir kader-kader HMI yang memperjuangkan tujuan HMI yang mulia tersebut.
Lantas sudah sejauh manakah kita sebagai kader memperjuangkannya,
memperjuangkan apa yang dicita-citakan lafran Pane. Saya sendiri masih jauh
dari rumusan tujuan yang mengandung “lima kualitas insan cita” tersebut. Saya
masih tertatih tatih dalam akademis, minim dalam menciptakan suatu karya, masih
mengeluh dalam mengabdi, dan sering turun naik dalam mengamalkan ajaran Islam,
dan bahkan sering lalai dalam menjalankan tanggung jawab sebagai makhluk sosial.
Dan satu hal yang pasti, kader yang lahir dari rahim HMI banyak jenisnya. Dari
guru ngaji hingga guru besar, pedagang kecil hingga pengusaha sukses, penggiat
anti korupsi hingga koruptor, bejat
hingga taat, pendosa hingga yang mengerjakan banyak pahala. Jangan-jangan
banyaknya kader HMI yang lahir hanya seperti buih dilautan. Berkumpul tapi
tidak berhimpun dalam barisan yang kokoh. Kalau begitu pantaskah kita disebut
sebagai kader? Menjadi sekelompok orang yang terorganisasir secara terus
menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar? Mungkin
banyak dari kita yang tidak paham apa itu kader. Menjalankan fungsinya hanya
untuk kepentingan individu dan kelompoknya. Wajar saja jika terjadi kemunduran
ditubuh HMI. Akhir kata, Lafran Pane memang sudah wafat dan mendahului kita,
namun cita-citanya harus tetap kita perjuangkan. Jangan sampai HMI ini wafat
dan menyusul Lafran Pane dengan cita-cita yang belum tercapai namun kita masih
tetap hidup dengan merugi.
Medan, 06 Februari 2018.
Penulis MY
Foto diambil dari tintamuncrat.blogspot.co.id
Foto diambil dari tintamuncrat.blogspot.co.id
EmoticonEmoticon