Perang dan Perebutan Kekuasaan

2/06/2018
bolokajiblog- Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi. Begitulah pandangan Ramlan Surbakti mengenai istilah kekuasaan. Miriam Budiarjo menjelaskan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Patricia membagi unsur kekuasaan ada tiga yaitu tujuan, cara, dan hasil. Kekuasaan dapat digunakan dengan cara baik dan cara yang tidak baik. Jika pemegang kekuasaan mempunyai tujuan yang baik maka cara yang digunakan tentunya juga baik, begitu juga sebaliknya. Benar yang dikatakan para motivator bahwa “berpikir positif akan melahirkan kebiasaan-kebiasaan positif”. Unsur kekuasaan yang terakhir adalah hasil. Hasil ini sangat berpengaruh dari pemegang kuasa dan orang yang dikuasai. Semakin baik pemegang kuasa dan orang yang dikuasai maka hasilnya juga tentu semakin baik. Kekuasaan dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu pertama dipilih melalui kesepakatan bersama, kedua si pemegang kuasa memilih penerusnya, ketiga dipilih melalui dewan khusus, dan keempat dengan cara pemberontakan. Dalam sejarah Islam (Sejarah Peradaban Islam, Syamruddin) tercatat ketika Rasulullah wafat maka kekuasaan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin. Ada perbedaan pendapat mengenai kelanjutan kekuasaan ini. Kaum Anshor dan kaum Muhajirin berbeda pendapat siapa pengganti Rasul, sementara Ahlul Bait berpendapat bahwa Rasul telah menunjuk Ali sebagai khalifah pengganti Rasul. Menurut catatan sejarah Abu Bakar dipilih secara musyawarah tanpa dukungan dari Ali dienam bulan pertama kekuasaanya. Umar ditunjuk oleh Abu Bakar sebelum beliau wafat. Utsman terpilih melalui dewan khusus “Panitia Enam” yang dibentuk oleh Umar. Pada saat Utsman memegang tampuk kekuasan, ada desakan dari pemberontak supaya Utsman mundur. Pemberontak menyerbu kediaman Utsman dan pada akhirnya Usman terbunuh. Pasca Utsman terbunuh pemberontak mendesak Ali supaya menggantikan posisi Utsman namun Ali menolak desakan tersebut. Kemudian pemberontak meminta Sa’at bin Abi Waqqas dan Abdurrahman bin Auf untuk menjadi pengganti Utsman namun ditolak oleh keduanya. Kaum pemberontak kembali meminta Ali untuk menjadi khalifah dan akhirnya Ali menerima dengan syarat diberi kesempatan untuk memerintah sesuai Kitabullah dan Sunnah Rasul. Perseteruan politik untuk memperebutkan kekuasaan hadir dengan banyak dinamika yang berbeda-beda. Salah satu dinamika yang terjadi untuk memperebutkan kekuasaan adalah perang. Sejarah kelam Islam tercatat pernah terjadi perang saudara pada saat Ali memegang kekuasaan, yaitu Perang Jamal dan Perang Shiffin. Ikhwal ini terjadi lantaran meninggalnya Utsman ditangan para pemberontak. Aisyah dan pasukannya menentang Ali karena menginginkan Abdullah bin Zubeir diangkat menjadi khalifah. Abdullah bin Zubeir mencoba memperalat Aisyah untuk mewujudkan ambisinya yang ternyata juga ingin menjadi khalifah. Akhirnya Aisyah dan pasukkannya sebanyak 20.000 orang melakukan perjalanan untuk memerangi Ali yang memiliki pasukan sebanyak 10.000 orang. Ketika dua pasukan bertemu sempat terjadi negosiasi antara pasukan Ali dan Aisyah hingga keduanya sepakat untuk berdamai. Namun dipasukan Ali ada pengkhianat pengikut Abdullah bin Saba’ yang tidak suka dengan perdamaian ini. Tanpa sepengatahuan Ali, pengikut ini memancing keributan dan akhirnya terjadi perang saudara pertama kali dalam sejarah umat Islam yang disebut dengan Perang Jamal. Pada perang ini kemenangan ada di pihak Ali. Dinamika lain pada saat Ali menjadi khalifah adalah konflik yang berkepanjangan dengan Muawiyah. Muawiyah dapat dikatakan masih satu keturunan dengan Utsman sehingga berpikir bahwa merekalah yang berhak menuntut atas terbunuhnya Utsman, bukan Aisyah. Muawiyah dan pengikutnya menuduh Ali terlibat dalam peristiwa wafatnya Utsman. Mereka meminta pertanggungjawaban atas peristiwa itu. Namun Ali tidak memenuhi permintaan tersebut sehingga Muawiyah menolak atas kekhalifahan Ali. Ali berpendapat bahwa Muawiyah sebagai pembangkang. Akhirnya Ali mengutus pasukan sebanyak 50.000 orang untuk memerangi 80.000 orang pasukan Muawiyah. Ketika kedua pasukan bertemu disuatu tempat bernama Shiffin, untuk kedua kalinya Ali berkeinginan untuk tidak terjadi perperangan dan meminta Muawiyah mengakuinya sebagai khalifah. Namun Muawiyah menolak itu semua sehingga terjadi peperangan yang menelan korban sebanyak 70.000 orang. Menilik sejarah yang terjadi bahwasanya perebutan kekuasaan banyak melahirkan perang-perang yang menelan banyak korban. Ketika Belanda dan Jepang mencoba menguasai Nusantara juga begitu. Bahkan konon, runtuhnya Kerajaan Majapahit juga dikarenakan terjadinya perang saudara yang berkepanjangan. Jika dikaitkan dengan kondisi masa kini, apakah perang fisik masih terjadi. Hemat saya masih terjadi seperti dibeberapa Negara timur Tengah. Tp tahukah kita bahwasanya ada yang lebih bahaya dari perang fisik? Jawabannya ada yaitu perang pemikiran. Perang pemikiran ini muncul dari luar yang tidak ingin “kita” bersatu. Sejatinya kita merasakan bahwa kita tidak berada dipeperangan, namun faktanya pemikiran kita sebenarnya sedang diperangi. Salah satu tujuannya adalah membuat dan membentuk sekat-sekat atau kelompok-kelompok sehingga kita terpecah belah. Seorang senior pernah berkata kepada saya "Jika ingin melihat karakter seseorang, beri dia kekuasaan". Baru beberapa hari ini saya tau kalau itu adalah kutipan dari perkataan Abraham Lincoln. Kalau saya lebih sepakat sebenarnya jika kalimat itu diganti menjadi "Jika ingin melihat karakter seseorang, lihat bagaimana ketika dia mengejar kekuasaan". Mengejar kekuasaan bisa jadi memperjuangkan dirinya sendiri atau kepentingan kelompok nya sehingga kemungkinan memunculkan gesekan satu sama lain. Lantas apa kita mau terus-terusan seperti ini? Saya teringat dengan seorang lelaki tua yang pernah saya temui. Kali pertama saya bertemu dengan lelaki tua itu di Mesjid Al-Amin jalan HM Yamin. Kala itu saya masih bersekolah di MAN 2 Model Medan sekitar tahun 2010/2011. Lelaki tua itu mengatakan dirinya profesor gadungan dan telah banyak menemukan temuan temuan baru. Namun hasil temuannya itu dibajak oleh orang yang iri akan kemampuannya, hingga akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya disiksa dan ada upaya untuk merusak pikirannya hingga dia dianggap gila. Secara fisik memang tampilan lelaki tua itu seperti orang yang tidak waras, sekasar-kasarnya gila. Namun saya sempat terkagum-kagum dengan kemampuan berhitungnya yang bisa berhitung dengan cepat tanpa menggunakan kalkulator. Lelaki tua itu bisa dengan tepat menebak plat kendaraan hasil perkalian berapa dengan berapa. Contohnya jika plat kendaraan tersebut 6012 maka beliau dengan sangat tepat dan cepat tau bahwa 6012 adalah perkalian dari 2x2x3x3x167. Bahkan beliau mampu mengalikan angka 4 digit dengan 4 digit secara tepat dan cepat juga. Dilain waktu saya berkesempatan bertemu lagi dengan beliau di Mushola FKG dan bahkan beberapa hari lalu saya bertemu di perempatan lampu merah simpang kampus USU. Beliau memberikan saya selembar kertas yang selalu dibawanya kemana-mana sambil mengatakan “ini rintihan saya”. Isi kertas itu berupa tulisan yang diketik dengan tambahan tulisan tangan yang membahas peperangan yang terjadi dibeberapa Negara belahan dunia. Ada satu kalimat yang buat saya terkesima, beliau menuliskan “peperangan itu menghabiskan biaya yang besar dan memakan banyak korban. Lebih baik biaya perang itu digunakan untuk membantu negara miskin di Afrika dll”. Lagi-lagi saya harus terkagum dengan pikirannya. Lelaki tua yang mengatakan dirinya profesor gadungan, secara fisik seperti orang gila namun memiliki pikiran yang sehat dan cinta akan kedamaian. Lantas kita yang secara fisik berpenampilan sehat dan waras kenapa berpikir tidak sehat dan gila akan kekuasaan? Bukankah hidup tanpa sekat sekat itu jauh lebih indah. Saya pikir Perjuangan Islam tidak akan tegak tanpa adanya Ukhuwah Islamiyah, konon lagi berbicara Ukhuwah Insaniyah. Medan, 1 Februari 2018
Penulis MY Foto diambi dari sejarahislamarab.blogspot.com

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »