bolokajiblog- Jauh dipelosok provinsi
RIAU, ada sebuah desa dikenal dengan sebutan kota terapung oleh masyarakat
disekitarnya. Nama desa terebut adalah Panipahan. Panipahan merupakan desa yang
berada di kecamatan Pasir Limau Kapas kabupaten Rokan Hilir Provinsi RIAU. Sejarah
pernah mencatat bahwa Rokan Hilir pernah meraih peringkat kedua penghasil ikan
terbaik di dunia setelah Norwegia. Pencapaian Rokan Hilir yang istimewa
dikarenakan beberapa desanya memiliki laut dengan syurga ikan yang luar biasa.
Salah tiga desa yang meyumbangkan hasil laut yang luar biasa adalah Panipahan,
Sinaboi, dan Pulau Halang. Dari ketiga desa tersebut Panipahanlah yang paling
besar dalam menghasilkan hasil laut.
Panipahan
secara geografis di sebelah timur berbatasan langsung dengan Perairan Selat
Malaka sedangkan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Labuhan
Batu, Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Panipahan sangat strategis untuk sektor
perekonomian. Panipahan dapat ditempuh dengan transportasi laut dari Tanjung
Balai sekitar 3 jam dan dari Bagain siapi-api sekitar 1 jam. Panipahan juga
dapat ditempuh melalui transportasi darat dengan menggunakan bus dari Medan
selama 12 jam. Panipahan dengan letaknya yang strategis banyak
menarik minat para etnis untuk mencari mata pencaharian. Bahkan etnis tionghoa
berdatangan untuk menikmati hasil laut panipahan sebelum indonesia merdeka
hingga detik ini. Mereka yang memiliki modal (Toke) mendirikan Tempat
Pelelangan Ikan atau biasa disebut dengan Gudang Ikan.
Seiring
berjalannya waktu, sumber daya sektor perikanan di Panipahan semakin hari
semakin habis tanpa adanya budidaya sektor perikanan. Masyarakat Panipahan
hanya pandai mengambil tanpa memikirkan kelangsungan perikanan dimasa yang akan
datang. Ketiadaan modal hanya mampu membuat masyaraat menjadi penangkap ikan
kemudian dijual kepara toke-toke. Menurut Dinas Perikanan setempat, ekspor
perikanan yang murni dari panipahan sekarang mulai burkurang bahkan
untuk mengisi stok ekspor pun harus mencari tambahan dari Tanjung Balai. Belum
lagi masyarakat yang berprofesi sebagai Nelayan terkadang dirugikan dengan
permainan oknum oknum nakal yang memainkan timbangan dan menekan harga hasil
tangkapan. Miris terkadang melihat kondisi seperti ini. Masyarakat panipahan
seperti terjajah dinegerinya sendiri. Sulitnya perekonomian tidak sedikit
mengakibatkan masyarakat panipahan banyak yang merantau kekota lain bahkan
sampai ke Negera Jiran. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan perekenomian
keluarga dengan harapan bisa mencukupi dan mengangkat martabat keluarga dari
kesenjangan ekonomi.
Jika
kita lihat kondisi diatas dimana letak kesalahannya? Apakah pemerintah melihat
kondisi seperti ini? Sebenarnya ada harapan besar untuk para nelayan jika
pemerintah setempat ambil peran dengan kondisi ini. Pemerintah harus tegas
terhadap oknum-oknum nakal dan selalu melakukan evaluasi berkala agar permainan
timbangan bisa dihindari. Jika perlu pemerintah setempat harus mendirikan
Tempat Pelalangan Ikan sendiri agar hasil tangkapan masyarakat bisa
terakomodir.
Apabila
pemerintahan bisa membuat kebijakan tentang perkara diatas alangkah banyaknya
manfaatnya yang bisa dirasakan oleh kalangan masyarakat seperti pengurangan
jumlah pengangguran, nelayan tidak dirugikan dengan timbangan dan penekanan
harga ikan. Disisi lain, pemerintah juga akan mendapatkan manfaat dengan
bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kiranya ini menjadi suatu impian
yang sangat di impikan masyarakat panipahan tentunya. Apabila perkara ini
didengar dan realisasikan alangkah sejahteranya masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan.
Penulis : Kamandani
Sumber foto :
bagansiapiapi.net
EmoticonEmoticon