Mengembalikan Marwah Nelayan yang Hilang

3/05/2018
bolokajiblog- Jauh dipelosok provinsi RIAU, ada sebuah desa dikenal dengan sebutan kota terapung oleh masyarakat disekitarnya. Nama desa terebut adalah Panipahan. Panipahan merupakan desa yang berada di kecamatan Pasir Limau Kapas kabupaten Rokan Hilir Provinsi RIAU. Sejarah pernah mencatat bahwa Rokan Hilir pernah meraih peringkat kedua penghasil ikan terbaik di dunia setelah Norwegia. Pencapaian Rokan Hilir yang istimewa dikarenakan beberapa desanya memiliki laut dengan syurga ikan yang luar biasa. Salah tiga desa yang meyumbangkan hasil laut yang luar biasa adalah Panipahan, Sinaboi, dan Pulau Halang. Dari ketiga desa tersebut Panipahanlah yang paling besar dalam menghasilkan hasil laut.
Panipahan secara geografis di sebelah timur berbatasan langsung dengan Perairan Selat Malaka sedangkan di sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis Panipahan sangat strategis untuk sektor perekonomian. Panipahan dapat ditempuh dengan transportasi laut dari Tanjung Balai sekitar 3 jam dan dari Bagain siapi-api sekitar 1 jam. Panipahan juga dapat ditempuh melalui transportasi darat dengan menggunakan bus dari Medan selama 12 jam. Panipahan dengan letaknya yang strategis  banyak menarik minat para etnis untuk mencari mata pencaharian. Bahkan etnis tionghoa berdatangan untuk menikmati hasil laut panipahan  sebelum indonesia  merdeka hingga detik ini. Mereka yang memiliki modal (Toke) mendirikan Tempat Pelelangan Ikan atau biasa disebut dengan Gudang Ikan.  
Seiring berjalannya waktu, sumber daya sektor perikanan di Panipahan semakin hari semakin habis tanpa adanya budidaya sektor perikanan. Masyarakat Panipahan hanya pandai mengambil tanpa memikirkan kelangsungan perikanan dimasa yang akan datang. Ketiadaan modal hanya mampu membuat masyaraat menjadi penangkap ikan kemudian dijual kepara toke-toke. Menurut Dinas Perikanan setempat, ekspor perikanan yang murni dari panipahan sekarang mulai burkurang  bahkan untuk mengisi stok ekspor pun harus mencari tambahan dari Tanjung Balai. Belum lagi masyarakat yang berprofesi sebagai Nelayan terkadang dirugikan dengan permainan oknum oknum nakal yang memainkan timbangan dan menekan harga hasil tangkapan. Miris terkadang melihat kondisi seperti ini. Masyarakat panipahan seperti terjajah dinegerinya sendiri. Sulitnya perekonomian tidak sedikit mengakibatkan masyarakat panipahan banyak yang merantau kekota lain bahkan sampai ke Negera Jiran. Hal itu dilakukan untuk membangkitkan perekenomian keluarga dengan harapan bisa mencukupi dan mengangkat martabat keluarga dari kesenjangan ekonomi.
Jika kita lihat kondisi diatas dimana letak kesalahannya? Apakah pemerintah melihat kondisi seperti ini? Sebenarnya ada harapan besar untuk para nelayan jika pemerintah setempat ambil peran dengan kondisi ini. Pemerintah harus tegas terhadap oknum-oknum nakal dan selalu melakukan evaluasi berkala agar permainan timbangan bisa dihindari. Jika perlu pemerintah setempat harus mendirikan Tempat Pelalangan Ikan sendiri agar hasil tangkapan masyarakat bisa terakomodir.
Apabila pemerintahan bisa membuat kebijakan tentang perkara diatas alangkah banyaknya manfaatnya yang bisa dirasakan oleh kalangan masyarakat seperti pengurangan jumlah pengangguran, nelayan tidak dirugikan dengan timbangan dan penekanan harga ikan. Disisi lain, pemerintah juga akan mendapatkan manfaat dengan bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kiranya ini menjadi suatu impian yang sangat di impikan masyarakat panipahan tentunya. Apabila perkara ini didengar dan realisasikan alangkah sejahteranya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan.

Penulis : Kamandani
Sumber foto : bagansiapiapi.net



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »