Pemimpin dan Prinsip Keadilan

6/06/2018 Add Comment

Oleh Dendy Dwirizki Gunawan, drg.
Ketua Umum Demisioner HMI Koms FKG USU Periode 2013-2014

bolokajiblog- "Dan hal ini karena ketidakadilan menciptakan pengelompokan, dan berbagai kebencian serta perkelahian, sebaliknya, keadilan menciptakan keharmonisan dan persahabatan." Begitu kurang lebih kalimat Thrasymachus kepada Socrates ketika mereka berdialog tentang keadilan di buku Plato, Republik. Kemudian di buku lain yang mengkaji tentang buku ini (Republik) sendiri menjabarkan, "bahkan menurut Plato, dalam setiap kelompok apapun (negara,organisasi, angkatan bersenjata, dll) harus terdapat prinsip-prinsip keadilan, bahkan di dalam kelompok/segerombolan perampok."

Semula, saya bingung dengan maksud dari kalimat ini, prinsip keadilan yang bagaimana pula yang ada dalam kelompok perampok yang notabene adalah kumpulan orang - orang jahat? Lembar demi lembar buku itu saya baca hingga akhirnya saya mendapat petunjuk.
Melalui hal teknis yang dijabarkan buku itu saya akhirnya mengerti apa korelasi kelompok perampok dengan prinsip keadilan. Tertulis seperti ini, " Ketika gerombolan perampok selesai melakukan aktivitasnya sebagai perampok (re : merampok), maka sang pemimpin atau ketua harus membagikan hasil rampasan/rampokan secara merata terhadap anggota - anggotanya."
Kalimat ini tentunya memicu otak kita berpikir apa maksud dan tujuan dari yang dilakukan oleh pemimpin perampok itu? Apa tujuannya membagi hasil rampokan sama rata? Hanya tindakan formalitas kah? Atau ada tujuan tersirat di dalam tindakan itu? Jika kita mau berpikir dan menelaah sejenak, ada makna yang begitu mendalam dari tindakan itu (membagi hasil rampasan secara merata)
Ketika seorang pemimpin perampok membagi hasil rampasan/rampokan secara merata, maka secara tidak langsung ia sedang menerapkan prinsip keadilan. Apa tujuannya? Yaitu untuk menjaga keutuhan dan kesolidan barisannya. Ya, barisan perampok.
Lantas apa fungsinya menjaga kesolidan dan keutuhan ini? Pertama, jika hal ini tercapai, maka keharmonisan lah yang akan terwujud dalam kelompok/barisan itu. Keharmonisan adalah kunci dari kemajuan suatu kelompok atau kelancaran dari suatu kelompok dalam menjalankan aktivitasnya. Kedua, untuk mencegah terjadinya kecemburuan sosial di antara anggota - anggotanya sehingga akhirnya dapat menimbulkan perpecahan. Sebab jika ada anggota yang hanya mendapat 5 juta namun ada anggota lainnya yang mendapat 10 juta, tentu akan menimbulkan kecemburuan dan konflik di dalam kelompok mereka. Dalam konteks gerombolan perampok, tujuan jangka panjang pimpinan perampok bertindak seperti itu agar kegiatan - kegiatan merampok mereka (selanjutnya) berjalan dengan lancar sebab kelompoknya solid.
Anggaplah kelompok lainnya yang sedang kita bahas ini adalah suatu negara. Tentunya kita bisa mengambil analogi yang sama dalam hal prinsip keadilan ini. Pemimpin yang dapat berlaku adil, akan menghasilkan rakyat yang solid. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mampu berlaku adil akan menjadi hulu dari permasalahan - permasalahan hilir seperti pengelompokan, sekat - sekat, kebencian, dan perkelahian seperti kata Thrasymachus dalam kehidupan berwarganegara.
Jika ada negara yang sedang mengalami permasalahan seperti ini (sekat-sekat, pengelompokan, perkelahian), bisa jadi faktor utamanya adalah pemimpin yang tidak mampu berlaku adil tersebut. Lantas apa pula indikator keadilan seorang pemimpin di zaman ini? Tentunya kita tak bisa mengambil mentah - mentah analogi kelompok perampok tadi. Jika kita mengukur keadilan hanya dari "hasil rampasan" atau uang seperti di dalam gerombolan perampok, maka kita terjebak di dalam paham materialisme. Di teori organisasi modern, "hasil rampasan" tadi dapat kita konversikan menjadi perhatian, sikap, perlakuan, dan hal lainnya yang diberikan pemimpin kepada seluruh anggotanya. Dalam konteks bernegara/berorganisasi, yaitu perhatian, sikap, dan perlakuan yang diberikan kepala negara kepada seluruh rakyatnya. Pemimpin harus memberi perhatian, sikap dan perlakuan yang merata agar prinsip keadilan ini tercapai. Jika tidak, maka barisan/rakyat akan pecah.
Apa contoh mudahnya? Jika pemimpin memperlakukan dua orang yang melakukan perbuatan kriminal dengan jenis yang sama tapi dengan perlakuan/hukuman yang berbeda, di saat itulah prinsip keadilan abstain. Atau, ketika pemimpin tidak memberikan perhatian yang sama/merata kepada rakyatnya, kelompok yang mendukungnya diberi perhatian berlebih, sementara kelompok yang tidak mendukungnya tidak diberi perhatian sama sekali bahkan hingga mereka kelaparan, maka di saat itulah ketimpangan terjadi.
Lantas apa efek jangka panjang dari abstainnya keadilan dan terjadinya ketimpangan ini? Tentunya yang pertama kali terjadi adalah kecemburuan sosial di tataran akar rumput, kemudian berefek pada ketidakharmonisan berwarganegara sehingga pada akhirnya, bermuara kepada perpecahan, sekat-sekat dan pengkotak-kotakan.
Apakah ada lagi efek selanjutnya? Ada. Permasalahan - permasalahan itu, yang kita kenal sebagai konflik horizontal, akan mengganggu berjalannya roda pemerintahan / kenegaraan sebab perpecahan dan perkelahian yang tak kunjung usai.
Tentunya tulisan ini juga bisa menjadi autokritik bagi kita, terutama yang sedang menjadi pemimpin dan akan menjadi pemimpin di tingkatan manapun. Berlaku adil-lah terhadap anggota/bawahan/rakyatmu. Sebab ketidakadilan akan memicu perpecahan yang pada akhirnya akan menyulitkanmu sendiri. Seperti bumerang yang kita lempar dan akan mengenai kita sendiri jika kita tak mahir dalam "memainkannya".
Terlebih, jika kita tak mampu bertindak adil sebagai seorang pemimpin, sejatinya "level" kita jauh lebih rendah dari pimpinan perampok yang lebih mampu berlaku adil. Beri perhatian, sikap, dan perlakuan yang sama/merata kepada semua, niscaya, perpecahan takkan melanda kita. Sebab keadilan akan membawa keharmonisan dan persahabatan, seperti kata Thrasymacus di awal tulisan. 

Foto diambil dari https://www.hetanews.com