Oleh Dendy Dwirizki Gunawan, drg.
Ketua Umum Demisioner HMI Koms FKG USU Periode 2013-2014
Ketua Umum Demisioner HMI Koms FKG USU Periode 2013-2014

Semula, saya bingung dengan maksud dari kalimat ini, prinsip
keadilan yang bagaimana pula yang ada dalam kelompok perampok yang notabene
adalah kumpulan orang - orang jahat? Lembar demi lembar buku itu saya baca
hingga akhirnya saya mendapat petunjuk.
Melalui hal teknis yang dijabarkan buku itu saya akhirnya
mengerti apa korelasi kelompok perampok dengan prinsip keadilan. Tertulis
seperti ini, " Ketika gerombolan
perampok selesai melakukan aktivitasnya sebagai perampok (re : merampok), maka
sang pemimpin atau ketua harus membagikan hasil rampasan/rampokan secara merata
terhadap anggota - anggotanya."
Kalimat ini tentunya memicu otak kita berpikir apa maksud
dan tujuan dari yang dilakukan oleh pemimpin perampok itu? Apa tujuannya
membagi hasil rampokan sama rata? Hanya tindakan formalitas kah? Atau ada
tujuan tersirat di dalam tindakan itu? Jika kita mau berpikir dan menelaah
sejenak, ada makna yang begitu mendalam dari tindakan itu (membagi hasil
rampasan secara merata)
Ketika seorang pemimpin perampok membagi hasil
rampasan/rampokan secara merata, maka secara tidak langsung ia sedang
menerapkan prinsip keadilan. Apa tujuannya? Yaitu untuk menjaga keutuhan dan
kesolidan barisannya. Ya, barisan perampok.
Lantas apa fungsinya menjaga kesolidan dan keutuhan ini? Pertama, jika hal ini tercapai, maka
keharmonisan lah yang akan terwujud dalam kelompok/barisan itu. Keharmonisan
adalah kunci dari kemajuan suatu kelompok atau kelancaran dari suatu kelompok dalam
menjalankan aktivitasnya. Kedua, untuk mencegah terjadinya kecemburuan sosial di antara
anggota - anggotanya sehingga akhirnya dapat menimbulkan perpecahan. Sebab jika
ada anggota yang hanya mendapat 5 juta namun ada anggota lainnya yang mendapat
10 juta, tentu akan menimbulkan kecemburuan dan konflik di dalam kelompok
mereka. Dalam konteks gerombolan perampok, tujuan jangka panjang pimpinan
perampok bertindak seperti itu agar kegiatan - kegiatan merampok mereka
(selanjutnya) berjalan dengan lancar sebab kelompoknya solid.
Anggaplah kelompok lainnya yang sedang kita bahas ini adalah
suatu negara. Tentunya kita bisa mengambil analogi yang sama dalam hal prinsip
keadilan ini. Pemimpin yang dapat berlaku adil, akan menghasilkan rakyat yang
solid. Sebaliknya, pemimpin yang tidak mampu berlaku adil akan menjadi hulu
dari permasalahan - permasalahan hilir seperti pengelompokan, sekat - sekat,
kebencian, dan perkelahian seperti kata Thrasymachus dalam kehidupan
berwarganegara.
Jika ada negara yang sedang mengalami permasalahan seperti
ini (sekat-sekat, pengelompokan, perkelahian), bisa jadi faktor utamanya adalah
pemimpin yang tidak mampu berlaku adil tersebut. Lantas apa pula indikator
keadilan seorang pemimpin di zaman ini? Tentunya kita tak bisa mengambil mentah
- mentah analogi kelompok perampok tadi. Jika kita mengukur keadilan hanya dari
"hasil rampasan" atau uang seperti di dalam gerombolan perampok, maka
kita terjebak di dalam paham materialisme. Di teori organisasi modern,
"hasil rampasan" tadi dapat kita konversikan menjadi perhatian,
sikap, perlakuan, dan hal lainnya yang diberikan pemimpin kepada seluruh
anggotanya. Dalam konteks bernegara/berorganisasi, yaitu perhatian, sikap, dan
perlakuan yang diberikan kepala negara kepada seluruh rakyatnya. Pemimpin harus
memberi perhatian, sikap dan perlakuan yang merata agar prinsip keadilan ini
tercapai. Jika tidak, maka barisan/rakyat akan pecah.
Apa contoh mudahnya? Jika pemimpin memperlakukan dua orang
yang melakukan perbuatan kriminal dengan jenis yang sama tapi dengan
perlakuan/hukuman yang berbeda, di saat itulah prinsip keadilan abstain. Atau,
ketika pemimpin tidak memberikan perhatian yang sama/merata kepada rakyatnya,
kelompok yang mendukungnya diberi perhatian berlebih, sementara kelompok yang
tidak mendukungnya tidak diberi perhatian sama sekali bahkan hingga mereka
kelaparan, maka di saat itulah ketimpangan terjadi.
Lantas apa efek jangka panjang dari abstainnya keadilan dan
terjadinya ketimpangan ini? Tentunya yang pertama kali terjadi adalah
kecemburuan sosial di tataran akar rumput, kemudian berefek pada
ketidakharmonisan berwarganegara sehingga pada akhirnya, bermuara kepada
perpecahan, sekat-sekat dan pengkotak-kotakan.
Apakah ada lagi efek selanjutnya? Ada. Permasalahan -
permasalahan itu, yang kita kenal sebagai konflik horizontal, akan mengganggu
berjalannya roda pemerintahan / kenegaraan sebab perpecahan dan perkelahian
yang tak kunjung usai.
Tentunya tulisan ini juga bisa menjadi autokritik bagi kita,
terutama yang sedang menjadi pemimpin dan akan menjadi pemimpin di tingkatan
manapun. Berlaku adil-lah terhadap anggota/bawahan/rakyatmu. Sebab
ketidakadilan akan memicu perpecahan yang pada akhirnya akan menyulitkanmu
sendiri. Seperti bumerang yang kita lempar dan akan mengenai kita sendiri jika
kita tak mahir dalam "memainkannya".
Terlebih, jika kita tak mampu bertindak adil sebagai seorang
pemimpin, sejatinya "level" kita jauh lebih rendah dari pimpinan
perampok yang lebih mampu berlaku adil. Beri perhatian, sikap, dan perlakuan
yang sama/merata kepada semua, niscaya, perpecahan takkan melanda kita. Sebab
keadilan akan membawa keharmonisan dan persahabatan, seperti kata Thrasymacus
di awal tulisan.
Foto diambil dari https://www.hetanews.com
EmoticonEmoticon