bolokajiblog- Kepemimpinan dalam suatu konsepsi
sangat erat kaitannya dengan pengaruh. Kepemimpinan merupakan titik sentral dan
penentu kebijakan dari setiap aktivitas yang akan dilaksanakan. Toha (1983) berpendapat
bahwa “kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain
agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu” sedangkan menurut
Robbins (2002) menyatakan bahwa: “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan”. Purwanto (1991) menyatakan “Kepemimpinan
adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian,
termasuk di dalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka
meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin,
serta merasa tidak terpaksa”.
Ukuran kepemimpinan adalah kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain. Pertanyaannya adalah apa yang membuat orang lain mau “mengikuti”
seorang pemimpin? Terkadang ada orang dengan mudahnya mau mengikuti dan ada
yang susah untuk menjalankan arahan pemimpin tersebut. Jawabannya adalah
terletak pada kualitas seorang pemimpin. Pemimpin yang punya kualitas tentunya dengan
mudah mempengaruhi orang-orang yang ada disekitarnya. Satu hal yang harus kita pahami bahwa
kepemimpinan tidak identik dengan posisi namun identik dengan fungsi. Setiap
orang memiliki peluang untuk mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Itu artinya
bahwa kita bisa menjadi pemimpin dan menjadi orang yang dipimpin dalam hal
tertentu. Mudah untuk melihat pada saat kapan kita menjadi seorang pemimpin
atau orang yang punya pengaruh. Perhatikan saja ketika ada perkumpulan membahas
suatu hal, jika dilontarkan sebuah isu dan pendapat siapa yang didengar orang
banyak maka kita dapat mengenal siapa pemimpin yang punya pengaruh dalam
kelompok tersebut.
Berbicara tentang kualitas seorang pemimpin, saya sudah
pernah sedikit membahas tentang kriteria kepemimpinan yang ideal dalam tulisan
saya “Menatap Pemilihan Raya FKG USU”. Jika saya diajukan pertanyaan bagaimana
pemimpin yang ideal maka saya akan menjawab bahwa Nabi Muhammad adalah suri
tauladan dalam hal apapun termasuk ketika menjadi seorang pemimpin. Tauladan
Nabi Muhammad bukan hanya dari Islam sendiri bahkan diluar Islam juga mengakui
kehebatan Nabi Muhammad. Dalam diri Nabi Muhammad terdapat beberapa kriteria yang
harus kita contoh. Saya selalu menyampaikan kriteria ini ketika menyampaikan
materi kepemimpinan pada saat latihan kader di himpunan yaitu STAF. STAF adalah
singkatan dari Siddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah.
Siddiq artinya benar. Benar disini bukan hanya sekedar
benar dalam perkataan namun juga benar dalam perbuatan. Seorang pemimpin jika
tidak sinkron antara perkataan dan perbuatan yang dilakukan maka akan
menurunkan kepercayaan terhadap orang-orang disekitarnya. Tabligh artinya
menyampaikan. Seorang pemimpin dituntut
untuk komunikatif agar mampu memberikan arahan kepada orang disekitarnya. Ada
sebuah pepatah didalam buku Jhon C. Maxwell “The Maxwell Daily Reader” bahwa
penyebab jatuh bangunnya segala sesuatu adalah kepemimpinan dan penyebab jatuh
bangunnya kepemimpinan adalah komunikasi. Amanah artinya benar-benar dipercaya.
Jika segala urusan diberikan kepadanya maka urusan tersebut akan dilaksanakan
sebaik mungkin. Kriteria terkahir adalah Fathonah yang berarti cerdas. Cerdas
dalam suatu kepemimpinan itu artinya cukup luas. Bisa kecerdasan dalam IQ, EQ,
dan SQ. Tugas seorang pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai
suatu tujuan. Artinya seorang pemimpin harus bisa memetakan arah. Dalam konsep
palayaran setiap orang bisa mengemudikan kapal namun tidak semua orang bisa
memetakan arah. Jika pemimpin tak bisa menentukan arah maka alamatlah sebuah
kapal akan tenggelam. Kecerdasan seorang pemimpin tidak cukup hanya sebatas
konseptual, pemimpin juga harus cerdas dalam hal emosioanal. Sebagai contoh
seorang pemimpin harus bisa menjalin hubungan dan menjadikan bawahannya sebagai
sahabat. Banyak kegagalan dalam memimpin dikarenakan kesalahan tidak menjalin
suatu hubungan dengan baik. Abraham Lincoln pernah berkata ”Jika anda ingin
memenangi seseorang bersedia membantu Anda, pertama-tama yakinkan dirinya bahwa
Anda adalah sahabat yang tulus.” Hubungan yang baik mengupayakan proses
mempengaruhi menjadi mungkin dan persahabatan merupakan hubungan positif dan
menjadi kerangka kerja menuju sukses dalam mencapai suatu tujuan. Bagaimana mungkin
anda bisa mempengaruhi orang disekitar anda jika tidak ada sedikitpun kedekatan
emosional yang terbentuk antara anda dan orang disekitar anda. Senior saya
sering berkata kepada saya bahwa kepemimpinan itu adalah adalah seni, seni
bagaimana mempengaruhi orang lain. Ada sebuah peribahasa mengatakan “Seseorang yang
mengatakan dirinya sebagai pemimpin namun tidak memiliki pengikut sesungguhnya bukanlah pemimpin namun ia hanya
sedang berjalan-jalan.”
Penulis MY
Medan 14 Maret 2018
Gambar diambil hitssss.com